Penemuan Kerangka Manusia Berusia 7.500 Tahun

15.55

Peneliti Dunia Melirik

Banda Aceh, (Magazine Daily QQ)Kalangan peneliti dunia mulai melirik hasil penemuan Balai Ar­­keologi (Balar) Medan, yang menemukan kerangka manusia dan ga­jah di Loyang Mendale, Aceh Tengah yang diperkirakan sudah ber­usia 7.500 tahun. 
Penemuan terungkap setelah arkeolog Ba­lar Medan, Dr Ketut Wiradyana dan ka­wan-kawan melakukan penelitian di Loyang (Goa) di sekitar Danau Laut Tawar tersebut. Ini juga menunjukkan kalau manusia sudah menetap di wilayah tersebut sejak 8.430 tahun silam.
Arkeolog Balai Arkeologi Sumatera Uta­ra, Dr Ketut Wiradnyana mengungkapkan, rencananya pekan depan atau 26 Februari, para ilmuwan dari Universtas Kophenhagen, Denmark akan melakukan penelitian DNA atas temuan kerangka manusia purbakala tersebut.
“Mereka datang atas keinginan sendiri tanpa ada undangan sama sekali. Ini menunjukkan dunia mulai melirik hasil temuan kita di Loyang Mendale dan sekitarnya,” ujar Ke­tut kepada Analisa via telepon selular, Minggu (19/2).
Ketut bersama tim Balar Medan yang saat ini sedang berada di Takengon menambahkan, ketertarikan para ilmuan dariUniversitas Kophenhagen itu setelah melihat laporan yang dimuat di jurnal internasional tentang hasil penelitian.
“Ke depan, peradaban Gayo secara khu­sus dan Indonesia secara umum, berdasarkan hasil temuan ini bisa jadi referensi du­nia,” ujar Ketut.
Sebelumnya, Universitas California Santa Cruz juga sudah melakukan penelitian atau tes DNA (deoxyribonucleic acid-red) de­ngan sampel tulang gigi manusia pra sejarah Loyang Mendale dan Ujung Karang.
“Memang tes DNA sudah dilakukan oleh Lembaga Eikjman Jakarta dan sudah ada ha­silnya, di antaranya DNA Urang Gayo sama dengan Batak, namun ada beberapa data lagi yang ingin kita dapatkan dan pihak Eikjman meminta bantuan ke California,” terangnya.
Kecewa
Tetapi di sisi lain, Ketut menyampaikan ra­sa kekecewaannya karena lokasi penemu­an asal-muasal nenek moyang orang Gayo itu kurang mendapat perhatian dari pemerin­tah daerah maupun provinsi. Bahkan hingga saat ini statusnya tidak jelas.
Lebih menyedihkan lagi, lokasi temuan ke­rangka manusia purbakala itu yang bisa di­jadikan objek wisata sejarah itu, justru di­biarkan kotor dan terkesan tidak terawat sa­ma sekali.
“Saya rasa, ini harus menjadi perhatian pemerintah baru di Aceh dan Aceh Tengah,” ujar Ketut sambil menambahkan, jika lo­ka­si­nyabenar-benar dikelola, pasti bisa menja­di sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) ba­gi Aceh Tengah.
Dikatakan, pemerintah daerah harus bisa mem­perjuangkan lokasi temuan ini sebagai wi­layah budaya atau situs. Dengan demikian, bukan saja menjadi objek wisata, namun ju­ga dapat menjadi objek penelitian ma­sya­rakat dunia.
Di Gayo, secara umum berdasarkan hasil­ temuan dari penelitian yang dilakukan Ba­lar Medan, sudah ada kehidupan di Loyang Mendale sejak 7.500 tahun lalu. Saat ini, dari hasil analisis terbaru, dapat dipastikan le­bih tua lagi, yakni 8.430 tahun lalu sudah ada­ aktivitas manusia di Loyang.
“Informasi yang saya terima dari Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), jika sampel berupa tulang kaki gajah yang ditemukan di sini berusia 8.430 tahun,” ujar Ketut sambil menambahkan, dari analisa Batan, gajah dikomsumsi manusia saat itu selain hewan lain dan tumbuhan-tumbuhan.
Direncanakan, padaMaret 2017 nanti pihaknya akan melakukan kegiatan yang bertajuk; “Rumah Peradaban Gayo” guna memperkenalkan hasil penelitian bagi para pelajar dan mahasiswa. Kegiatan berupa penelitian, FGD, sarasehan, dan lainnya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »